Monday, October 5, 2009

Terimakasih atas Lindungan Mu Ya Allah (1)

Tidak butuh waktu yang lama bagi Allah untuk merubah kota Padang dan Pariaman menjadi lautan mayat dan puing - puing bangunan. Semua terjadi seketika dan tiba - tiba tanpa ada aba - aba. 30 September 2009 pukul 17:16 WIB, waktu yang di pilihNya, untuk mengingatkan kami yang tengah sibuk dengan urusan duniawi. Ada yang sedang mandi, menuntut ilmu, istirahat dirumah, di tempat perbelanjaan dan aktifitas lainnya.

Seketika, tawa berubah jadi tangis, tenang berubah panik, dan diam jadi ribut. Manusia - manusia sibuk menyelamatkan diri masing - masing, seolah - olah kiamat sudah didepan mata. Gempa yang berkekuatan 7,6 SR itu merubah segalanya dan ada begitu banyak cerita dan kisah yang tak henti - hentinya membuatku mengucap syukur pada Nya.

Melalui tulisan ini, akan kupaparkan kisah G 30 S(Gempa 30 September) yang tak akan pernah lupa dalam ingatan ku :


Rabu itu, aku dan teman - teman FOSMI sedang mengadakan Gladi Resik Seminar Nasional Pendidikan yang akan diadakan di besoknya, Kamis 1 Oktober 2009 di Gedung Fakultas Bahasa Seni dan Sastra (FBSS) Universitas Negeri Padang (UNP). Setelah selesai menunaikan ibadah shalat ashar, aku sibuk dengan dekorasi diatas panggung, teman – teman ada yang testing mic dan urusan lainnya. Tiba – tiba panggung aula itu bergoyang dan terdengar bunyi seperti gemuruh yang sangat kencang. Tanpa pikir panjang, langsung ku ambil tas yang ada didepan mata dan lari ke luar gedung. Kaki ini serasa susah untuk di gerakkan, karena gedung yang terus bergetar dan mulai menjatuhkan beton – beton dari atas. Dan syukur, akhirnya aku bisa sampai di luar gedung dengan selamat tanpa kurang satu apapun kecuali HP Nokia 6600 ku yang tertinggal di dalam gedung yang sudah rapuh itu.


Ketika sampai diluar gedung, alhamdulilah aku masih berkumpul dengan teman – teman FOSMI yang lain dalam keadaan selamat walaupun ada teman yang sedikit cidera. Ketika gempa mulai berhenti, terlihat semua orang berlari kearah atas, dan spontan kita semua ikut lari karena menyadari lokasi itu dekat dengan pantai. Karena semuanya takut, kalau tsunami akan datang karena gempa yang begitu kuat. Kami saling berpegangan tangan dan lari tanpa tahu harus kemana. Dan akhirnya kaki ini berhenti, ketika mendengar suara wali kota padang yang menyebutkan bahwa gempa itu tidak berpotensi tsunami dari radio di salah satu mobil.


Akhirnya aku dan teman – teman FOSMI lainnya berjalan menuju rumah teman dari salah satu teman FOSMI yang bersama kami saat itu yang berada di Air Pacah. Beberapa teman, ada yang berjalan tanpa alas di kakinya karena tak sempat buat mengambilnya disaat gempa. Akhirnya kami bisa beristirahat dan minum beberapa teguk air disana, sampai akhirnya orang tua Uni Deni salah satu teman FOSMI yang bersama kami saat itu, menjemput dan membawa kami ke rumah nya yang ada di daerah Balai Baru Padang. Akhirnya kami kira – kira berdua belas orang, menginap dalam keadaan was – was dan harap cemas mencari informasi anggota keluarga yang lain.


Ketika pagi datang, kami di ingatkan lagi dengan gempa susulan sebelum shubuh menjelang dan diwaktu Dhuha. Karena ingin berbagi rasa, orang tua Angga (salah seorang teman FOSMI yang tinggal di Padang) mengajak kami untuk tinggal dirumahnya.Baterai HP yang sudah mulai habis, dan listrik tak kunjung hidup membuat kami semakin panik untuk menghubungi orang tua, syukur Angga punya telepon rumah sehingga bisa kami gunakan buat menghubungi keluarga masing – masing.


Akhirnya setelah satu setengah hari berpisah dengan keluarga, akhirnya aku bertemu juga dengan mereka dalam keadaan selamat.


Bersambung..

2 comments:

micelia amalia sari said...

alhamdulillah y k...kita masih selamat
gmn rumah di kp.baru k?keluarga?
ma yang labiah kancang gampo di siko tau d bdg patang k?

isil said...

@ice : ya, syukur kita masih di lindungi ce...
dan alhmdulillah rumah kak yang ada di kp.baru juga aman
rumah ce gmana?

Post a Comment